November 14, 2012

Transparansi gaya Londo


Pekerjaan rumah tangga yang paling menyebalkan buat saya adalah nyetrika dan bersihin kaca jendela... Tapi kalo nyetrika sih masih lumayan, saya bisa nyetrika sambil nonton drama korea... Itu cukup membantu saya ngilangin rasa jenuh ngadepin setrikaan yang bertumpuk-tumpuk... Tapi kalo bersihin kaca jendela, saya masih belum nemu caranya biar bisa ngebersihin jendela dengan hati yang ridho... Pernah sekali waktu, saking malesnya saya bersihin kaca, saya bayar seorang student buat bersihin kaca depan hahahahaaa...... 
Deket-deket mau masuk musim dingin kayak gini, mood saya buat bersih-bersih kaca makin kebangetan; pengen bersih-bersih tapi malas bersih-bersih hadeeuuhhhhh *towelpala*... Makin kesini kan ritual maintenance kaca jendela makin kudu dilakuin.. Tapi gimana dong ya... Dingin euy hehehehee... Padahal saya sadar sesadar-sadarnya, ntar riweuh banget kalo pas salju meleleh eehhh keliatan itu kaca jendela banyak bercak-bercak ga jelas hahahahaa..... Untungnya jendela yang ngadep depan adalah jendela dapur... Jadi areal pembersihannya tidak begitu luas ... Bayangin coba kalo yang ngadep depan jendela ruang tengah... Bisa nangis bombay sambil guling-guling saya hahahhahaaa........

Rata-rata rumah di Belanda modelnya sama; kalau bukan jendela dapur ngadep jalan, yaaa jendela ruang tamu. Dan kebanyakan orang Belanda (tentu saja saya ga berani bilang semuanya) punya kebiasaan membiarkan jendela terbuka, maksudnya tidak ditutup dengan tirai, agar bisa leluasa terlihat dari (atau melihat ke) luar. Memang sepertinya aneh, tapi itulah kebiasaan orang Belanda. Suka memamerkan kepunyaannya. Tapi ini dalam artian yang positif yaaa... Mereka bangga banget dengan rumah mereka; dengan penataan interior dan kebersihan rumah mereka. Jika kita mengunjungi rumah orang Belanda untuk pertama kalinya, maka kita akan dibawa 'tour' keliling rumah, dari pintu depan hingga ke gudang belakang, dan mereka akan dengan bangga menceritakan tentang perabot yang dibeli, ato konsep ruangan yang sedang dia tunjukkan. Ini bukan karena orang Belanda sombong lhoo... Tapi karena memang begitulah kebiasaan mereka.
Satu waktu teman saya diundang oleh temannya untuk koffie drinken sekalian mau mamerin lukisan yang baru saja dia beli... Teman saya lalu bilang, "baru beli lukisan aja koq mau pamer". Hahahaa.... dat is typisch Dutch, weet je :D
Saya koq merasa kayak tinggal di aquarium ya kalo orang di luar bisa ngeliat isi dalam rumah saya... Makanya saya (dan beberapa orang Indonesia yang saya tau) demen nurunin tirai serendah-rendahnya... Hahahhahaaa..... Mangap eh maap ya zus...broer... kami masih urang Endonesyah aseliiii....wkwkwkwkwkkkkk......

Kebiasaan membiarkan jendela terbuka, sedikit banyak menjelaskan karakteristik orang Belanda yang transparan. Mereka tidak suka sembunyi-sembunyi dan hal-hal yang tersembunyi.. Makanya orang Belanda terkenal saklek, speak their mind, say what they mean and mean what they say(saya pinjam ya pak Obama, quote anda di pidato kampanye kemaren hehehehee). Dan saking terbukanya, karakter itu terbawa-bawa hingga ke Red Light hahahahahaaaaa...... :p

Salah satu hal yang saya suka disini, sebagai efek dari transparansi orang Belanda, adalah keterbukaan dalam aturan-aturan. Bayangkan saja, saking transparannya masyarakat Belanda sampai-sampai hal 'kecil' seperti jumlah gaji seseorang pun sudah menjadi bagian pengetahuan yang biasa di kalangan masyarakat Belanda, walaupun tentu saja bukan exact nominalnya....
Orang Belanda pada umumnya memiliki (dan dibekali dengan) pengetahuan yang sama tentang berapa kurang lebih yang diterima seseorang untuk sesuatu pekerjaan. Hal ini dijelaskan dalam aturan ketenagakerjaan bukan dimaksud untuk men-towel-towel isi dompet orang, tapi sebagai basis informasi bagi siapa saja yang hendak mencari pekerjaan. Pengetahuan yang cukup tentang pendapatan per orang dimaksud agar terjadi penyamarataan dalam hal upah, dan mencegah terjadinya praktek underpaid terhadap tenaga kerja (walau tentu saja, praktek underpaid masih tetap ada secara sembunyi-sembunyi).
Jadi, jika anda seorang pegawai kantoran lulusan hoogeschool, maka gaji anda kurang lebih sekian*) euro per bulan. Jika anda seorang pegawai kantoran, lulusan master sebuah perguruan tinggi, maka gaji anda pun adalah sekian*). Yang memberi perbedaan pada gaji adalah faktor umur, level pendidikan, pengalaman kerja, dan perusahaan mana yang anda tempati; apakah perusahaan biasa atau perusahaan ternama. Semakin tua umur, semakin tinggi gajinya. Semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi pula gajinya. Namun perbedaannya tidak terlalu mencolok; sekitar 100 hingga 300 euro per bulan (kurleb!).
Tentu saja angkanya langsung ngelunjak jika anda sudah selevel CEO hehehhehee.... :p
Demikian pula halnya seorang ekspatriat. Secara bruto, ekspat digaji dengan rate yang kurang lebih sama dengan rate karyawan Belanda pada umumnya (dengan patokan level dan kualifikasi yang sama ya). Kenapa sama??? Logikanya kurang lebih seperti ini; para ekspat bule yang ditempatkan di negara ketiga selalu dianggap overpaid. Sebenarnya bukan overpaid, tapi mereka digaji dengan standar gaji yang umum mereka terima jika bekerja di negara sendiri. Nah kalo ekspat dari negara ketiga masuk Belanda, ga mungkin dong dibayar dengan standar gaji yang biasa mereka terima di negara sendiri. Karena nanti total gaji mereka akan masuk kualifikasi 'underpaid' hahahahaa....
Itu makanya mereka digaji dengan rate yang umum beredar disini, untuk kualifikasi seperti mereka. Namun tentu saja ada perbedaannya. Yang membedakan adalah pada perhitungan gaji netto, dimana jumlah yang bisa mereka 'belanjakan' adalah sekitar 30% (pendapatan yang tidak kena pajak) lebih banyak dari gaji karyawan non-ekspat.
Saya sempat bingung. Hal-hal yang kayak gini aja orang Belanda rata-rata pada tau... Tapi saya senang juga dapat pengetahuan ini... Minimal wawasan saya bertambah, ga cuma bumbu dapur dan pilem korea hahahahahaa.... 

[ *) mangap yaaa... saya agak tidak nyaman menyebut angka disini... hehehehee....]

Pada akhirnya saya pikir ini adalah salah satu dari sekian banyak kelebihan orang Belanda (dan sistem di Belanda). Sebegitu transparannya mereka dan sistem kerja mereka, sehingga tidak memberikan celah bagi siapapun untuk melakukan tindakan KKN dan/atau tindakan pamer kekayaan seperti banyak terjadi di negara *beep* hahahahaa ;) ...

Makanya, selama segala sesuatu ada dalam keteraturan, orang Belanda itu sangat nyaman dan bangga walau hidup dalam 'aquarium kaca'... Saya sih yakin seyakin-yakinnya, mereka pasti turunin tirai dan benemin muka ke tumpukan bantal kalo keadaan rumah mereka sama seperti tipikal rumah orang Endonesiah, yang tanpa pembantu dengan dua anak balita *rumah kami, maksudnyaaaa hahahhhahahaaaa*


Until then...

Much Love,